Tangisan langit

Guratan-guratan takdir dalam merangkai rentetan peristiwa, senandungkan irama peradaban

  • CAUTION!

  • Januari 2011
    S S R K J S M
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  
  • Tulisan Terakhir

Malam Absurd

Posted by tangisanlangit pada Januari 18, 2011

Sabtu Malam, 11 April, 2009
Di depan kamar kost ku, pohon kelapa yang katanya buntung disambar petir, masih tegak seperti itu, padahal sudah lama sekali dia berdiri, kapan letihnya? Pohon singkong menatapnya takjub, tak goyah ditiup angin ribut, tak lekang dimangsa panas, tak mau beranjak dari situ. Aku menatapnya sambil menulis sebuah catatan, yang baru saja kuselesaikan, catatan ini…
Dikamar hanya ditemani lampu meja, dengan cahaya pas2an, aku seperti melihat seseorang sedang duduk menatapku di bawah pohon kelapa, kucari di kamus, tak ada, googling pun telah kulakukan, tetap tak ada, kutanya dia, teman disana, di balik kulit kepalaku yg bernama otak, dia juga tak menjawab, lalu siapa dia?
Orang di bawah pohon kelapa itu tertawa bersama segerombolan penuh belatung di bibirnya, akhirnya dia memperkenalkan diri, sebagai orang yang ku kenal, ya ku kenal, DAVID, tapi mengapa dia mencariku malam2 begini?
Bukankah dia sudah mati 5 tahun yang lalu, dan sekarang sudah menjadi kerupuk di kuburannya, yang terkadang sendawanya dibawa angin masuk ke kamarku. Haha, tidak mungkin dia mengajak bikin studio lagi, yang katanya biar ada kesibukkan saat weekend di akhirat.
Kemudian, ku lompat ke tahun dimana dia masih suka nongkrong di warung Babe di Darmaga Pratama, kucari di bawah etalase, dalam ruang KBU, di depan TV, ternyata memang dia tak ada, lalu ku kejar ke tempat dimana saat ini sedang upacara penguburan dia, dia juga tak ada, oh, ternyata benar, dia sekarang ada dikamarku, di depanku saat aku menulis sebuah catatan, yang baru saja kuselesaikan, catatan ini.
Dia hanya menatapku sambil sesekali membenarkan ejaanku yang salah, ya, salah! Dia menemaniku sampai pukul 12.10, kemudian keluar sambil bergumam, “Gw cari makan dulu, lapar. Lu mau nitip apa?”, aku jawab, “Bebek bakar sama setengah bungkus Djarum Super”. Dia pergi.
Tak lama, teleponku berdering, kuangkat, diseberang sana David sedang mencaci maki, “Ngehe, lu dimana? Ini bebek bakar sama rokok udah gw beliin, ayo buruan ke tempat Babe”. Kuterperanjat, baru saja beberapa menit yang lalu aku mencarinya di warung Babe 5 tahun yang lalu, tapi dia berada di kamarku 5 tahun kemudian dari saat itu, saat aku titip bebek bakar sama rokok, dia malah di warung Babe 5 tahun yang lalu, sekarang aku disuruh kesana, katanya ada Novie disana sama Ian. Ya sudah, aku akhirnya menghampiri dia ke warung Babe 5 tahun yang lalu.

Tahun ini tahun 2004, aku sedang bersama teman-temanku. David sama Ranti sedang bermesraan di pojokan sana, di sudut warung Babe, diluar hujan sangat lebat, tapi cerah disebelahnya, saat ini aku mencoba menggoda si manis Novie yang berlari masuk KBU Wartel Babe, ku membujuk tapi dia tak terbujuk. Sekarang jam 4 sore,aku capek menggoda Novie dan sekarang aku sedang menikmati bebek bakarku bareng Ian, sambil menulis sebuah catatan, yang baru saja kuselesaikan, catatan ini.

Minggu Dini Hari, 12 April 2009
Kuseruput kopi yang sudah dingin sambil menatap melalui jendela kamarku yang masih terbuka lebar membiarkan udara dingin memasuki kamarku, tercium bau sendawa, entah sendawa siapa, iya, entah sendawa siapa, aku tak ingat. Kumenatap laptop, dimana aku sedang menulis sebuah catatan, yang baru saja kuselesaikan, catatan ini.

Tinggalkan komentar